Selasa, 01 Desember 2015



MAKALA PENELITIAN KECEMASAN DALAM BERKOMUNIKASI










Di Buat Oleh :

Adhy Rizky Pratama
01.14.095
Dosen : Sumarni Bayu Anita S.Sos M.A



Ilmu Komunikasi
Stisipol Candra Dimuka Palembang





KECEMASAN DALAM BERKOMUNIKASI



Bab1. Pendahuluan

I.             Latar Belakkang

Sudah sejak lama para ahli meneliti apakah kemampuan berkomunikasi dan tingkah laku seseorang juga dipengaruhi oleh aspek biologis. Dengan kata lain apakah sifat itu ditentukan atau oleh faktor genetik,
Bicara soal Kecemasan, kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress yang dirasakan oleh banyak orang. Hal itu terjadi di berbagai dunia kerja seperti karyawan, buruh, pegawai bahkan di dunia pendidikan. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup dan merupakan bagian dari kondisi manusia yang dianggap mengancam keberadaan individu Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena individu merasa tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi hal yang mungkin menimpanya dikemudian hari. Kecemasan dapat juga diartikan sebagai suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. menurut McCroskey sifat adalah kecenderungan dari tempramen yang berasal dari struktur syaraf biologis yang ditentukan secara genetik, atau dalam bahasa yang lebih sederhana sifat di tentukan oleh aktifitas yang terjadi pada otak manusia. Setalah melakukan penelitian bertahun-tahun McCroskey tiba pada kesimpulan bahwa penyebab orang mengalami kecemasan yang serius dalam berkomunikasi adalah karena factor biologis.

II.           Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pemikiran di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan bahwa sifat dan keturunan biasa menjadi factor utama kecemasaan seseorang dalam berkomunikasi

III.          Tujuan

Agar mahasiswa bisa meredam kecemasannya dalam berapresiasi saat berkomunikasi dengan cara keterampilannya berkomunikasi



Bab2. Teori

   Sifat Dan Keturunan

            Suatu sifat atau traits adalah karakteristik individu yang dapat dibedakan dengan individu lainnya. Sifat menunjukan pola atau cara yang ralatif tidak banyak dirubah (konsisten) mengenai bagaimana seseorang berpikir, merasakan dan bertingkah laku dalam berbagai situasi yang dihahapinya. Sifat sering digunakan untuk memprediksi tingkah laku. Dalam hal ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara sifat yang dimilikinya dengan faktor situasional yang ada pada saat itu. Bagaimana cara seseorang berkomunikasi pada saat tertentu tergantung pada sifat yang dimilikinya sebagai individu serta situasi yang tengah dihadapinya.Berbagai kategori sifat komunikator telah lama dipelajari dalam riset komunikasi namun demikian terdapat tiga kategori sifat komunikator yang paling manarikdan paling sering dibahas dalam literatur komunikasi, yaitu : a) sifat mementingkan diri sendiri ; b) sifat berdat; dan c) sifat cemas.

a)    sifat mementingkan diri sendiri

            Dalam literature psikologi terdapat istilah conversational narcissism untuk menggambarkan sifat komunikator yang cenderung mementingkan diri sendiri. Narcissism berarti mencintai diri sendiri (self-love). Istilah ini dokemukakan oleh Anita Vengelistis. Dengan demikian, komunikator dengan sifat ini cenderung untuk mengajak lawan bicaranya untuk membahas mengenai dirinya sendiri. Sifat yang mementingkan diri sendiri merupakan sifat yang dimiliki seseorang yang menginginkan orang lain membicarakan dirinya. Komunikator dengan sifat ini cenderung untuk menonjolkan dirinya sebagai pihak yang paling penting. Ia cenderung untuk mengontrol arah percakapan serta menginginkan orang lain membahas mengenia dirinya. Mereka juga cenderung tidak sensitive terhadap kepentingan pihak lain.

b)    sifat berdat
            Komunikator memiliki sifat berdebat (argumentativeness) jika ia memiliki kecenderungan untuk suka melibatkan diri dalam percakapan yang membahas topic controversial. Komunikator dengan sifat ini cenderung bersifat tegas dalam mengemukakan pandangan terhadap suatuhal. Komunikator yang argumentative ini memberikan kontribusi positif karena sifat ini dapat mendorong komunikator dan lawan bicaranya untuk saling belajar.

c)    sifat cemas

            Kecemasan berkomunikasi merupakan kecenderungan untuk mengalami kecemasan dalam waktu yang relatif lama dan dalam berbagai situasi yang berbeda. Dalam hal ini menyebabkan orang bersangkutan tidak dapat bersosialisasi dalam masyarakat

Salah satu peneliti yang mendukung pendapat ini adalah James McCroskey dan rekan yang mengemukakan pandangan bahwa sifat dipengaruhi faktor genetic. Menurut dia, “traits are predispositions of temperament rooted in genetically determined neurobiological structures” (sifat adalah kecenderungan dari temperamen yang berasal dari struktur saraf biologis yang ditentukan secara genetic), atau dalam bahasa yang di lebih sederhana sifat di tentukan oleh aktivitas yang terjadi pada otak manusia.
             
Bab.3 Pembahasan

   Penerapan Teori

Berdasarkan pada teori di atas, maka masalah penelitian ini dapat dapat di teliti melalui sifat dan keturunan kecemasaan seseorang mahasiswa dalam berkomunikasi

Menurut Mc. Croskey manusia memiliki banyak sifat, namun jumlah sifat it dapatdisedarhanakan menjadi hanya 3 sifat:
·         Ekstraversi atau sifat untuk cendrung melihat keluar atau out-ward focus
·         Neourotisisme atau sifat cemas
·         Psikotosisme, atau kekurangan control terhadap diri sendiri

Contoh kasus (penelitianRirin1, Jurusan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universi
tas Negeri Padang) :

Kecemasan Berbicara di Depan Umum Berdasarkan hasil analisis data,
menunjukkan pada umumnya kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan 2011 berada pada kategori tinggi, yaitu sekitar 42,65% dari keseluruhan responden dalam penelitian ini. Mahasiswa yang teridentifikasi mengalami kecemasan pada kategori tinggi diasumsikan karena adanya tekanan sebagai suatu respon terhadap situasi berbicara di depan umum yang penuh dengan dinamika. Natalie Rogers (2004:20) menyatakan bahwa, “Gejala kecemasan berbicara di depan umum pada dasarnya diamati pada manifestasi gejala fisik, gejala proses mental, dan gejala emosi yang tidak terkendali”.
Ketidakmampuan mengendalikan kondisi tersebut membuat mahasiswa akan semakin terlihat kondisi kecemasan yang dihadapinya. Jika tidak dilakukan penanganan segera, maka kemungkinan besar kecemasan mahasiswa akan berubah menjadi masalah serius, bahkan bisa jadi dapat mengalami stress dikemudian hari.
Pikiran yang tegang membuat mahasiswa tidak konsentrasi ketika berbicara di
depan banyak orang, mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika tiba gilirannya untuk berbicara.
Perasaan mahasiswa yang merasa dirinya terancam dan mempersepsikan kegiatan berbicara di depan umum sebagai masalah besar membuat
mahasiswa khawatir, gelisah dan takut sehingga dalam situasi tersebut mahasiswa akan mengalami rasa cemas menghadapi berbicara di depan umum.
Kondisi sangat cemas membuat mahasiswa tidak bisa mengendalikan perilaku
motoriknya, sehingga muncul reaksi gemetar, gugup, saat berada dalam situasi berbicara di depan banyak orang. Tidak terkendalinya manifestasi gejala fisik, proses mental, dan gejala emosi tersebutlah yang membuat mahasiswa mengalami kecemasan tingkat tinggi ketika berbicara di depan umum.
Perasaan-perasaan yang tidak terkendali tersebut menunjukkan mahasiswa berada dalam kondisi yang cemas.
Mahasiswa memandang bahwa berbicara di depan umum yang dilakukannya dianggap sebagai ancaman dan tantangan yang sangat sulit untuk dihadapi. Intensitas perasaan ini dapat ringan atau cukup
berat sampai menyebabkan kepanikan, dan intensitas dapat meningkat atau menghilang tergantung pada kemampuan daya dorong individu dan sumber-sumber yang menyebabkan kecemasannya pada waktu tertentu.
Sisi lain dari kecemasan adalah suatu emosi normal yang diperlukan untuk memotivasi diri. Artinya, mahasiswa juga perlu merasa cemas sebagai daya dorong untuk memotivasi diri salah satunya dalam kegiatan berbicara di
depan umum. Namun kecemasan yang tinggi sudah tentu dapat mengganggu mahasiswa. Kondisi tersebut akan terus berkembang dan tentunya akan menimbulkan masalah lain yang lebih kompleks. Dengan demikian, kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi tentunya menghambat tujuan belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa.


Sesuai  kesimpulan penelitian McCroskey bahwa penyebab orang mengalami kecemasan serius dalam berkomunikasi adalah karena factor biologis. Dengan kata lain tingginya tingkat kecemasan kecemasan berkomunikasi ini disebabkan factor keturunan. Karena rangsangan dari lingkungan yang di anggap negatif diproses pada bagian otak yang di sebut dengan system pencegahan tingkah laku (behavioral inhibition system(BIS)) jika BIS menerima rangsangan negative, misalnya ancaman maka orang tersebut akan memberikan perhatian terhadap rangsangan tersebut. Tingkat aktivitas dan sensitivitas BIS ini tidak sama untuk semua orang. Mereka yang memiliki BIS yang over aktif akan lebih muda merasa cemas atau takut dibandingkan individu dengan BIS tidak atau kurang aktif. Namun selain BIS, orang memiliki bagian otak yang sifatnya berlawanan dengan BIS yaitu disebut dengan system aktivitasi tingkah laku atau behavioral activation system (BAS) yang mendorong orang untuk berbuat sesuatu yang disebabkan adanya penghargaan atau kompensasi yang akan diterima. Perlu dilakukan upaya peningkatan dan pengembangan sehingga mahasiswa memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk melakukan komunikasi yang efektif. Karena bahwa seorang mahasiswa yang memiliki keterampilan komunikasi yang baik akan terlihat lebih mampu berada dalam situasi berinteraksi di depan orang banyak. Sehingga mahasiswa yang memiliki keterampilan komunikasi yang
tinggi cenderung tidak akan mengalami hambatan yang berarti dalam proses
berhubungan dengan orang-orang yang ada disekitarnya, baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena komunikasi merupakan salah satu komponen yang dapat memupuk hubungan
seseorang dengan yang lainnya, karena pesan dalam komunikasi dapat memberika kesenangan dan kenyamanan pada diri seseorang.


Bab4. Penutup


Kesimpulan

Kehidupan Manusia Ditandai oleh dinamika komunikasi. Seluruh umat manusia di dunia benar-benar menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya hanya dapat dipenuhi jika dia berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu Berdasarkan penelitian ini disarankan agar mahasiswa untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi sehingga kecemasan berbicara di depan umum yang berada pada kategori tinggi dapat berkurangArtinya semakin tinggi keterampilan komunikasi mahasiswa maka semakin rendah kecemasannya berbicara di depan umum. Sebaliknya semakin rendah keterampilan komunikasi mahasiswa maka semakin tinggi kecemasannya berbicara di depan umum.












Dafatar Pustaka